Sandi Rahasia
“Mah,
berangkat dulu ya, Ma!”, kata Siska yang menutup pintu.
Ya, itulah yang disebut pagi Siska karena jam
sudah menunjukan angka 7. Jam-jam seginilah Siska pergi ke SMA dekat rumahnya
di Surabaya bersama Pak Budi, supir pribadinya. Siska langsung berlari ke arah
gerbang, dia pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Pak Budi.
“Untung aja
bel blom bunyi!” seru Siska yang mengagetkan Dicky yang duduk di samping Siska.
Ya, Dicky adalah teman dan sahabat baik Siska
dari SMP.
“Wah wah,
ada yang hampir telat lagi nih!” Seru Dicky,
“Wah kamu selalu begitu dari dulu ky!, Bosen
juga kalau telat nanti di setrap terus sama Pak Brahma!” Dicky hanya tersenyum
kecil kepada Siska.
“Pagi
anak-anak!, apa kabar?” sambut Pak Budi yang membuka pintu dan mengagetkan
Siska dan Dicky.
“Pagi pak!
Kabar baik pak!” jawab anak-anak serentak
Tiba-tiba
kertas Pak Brahma jatuh tepat di samping meja Dicky dan Siska yang bertulis “Olimpiade Segera dimulai” ,
“Pak, memang
ada olimpiade apa?” tanya Dicky antusias,
“Oh bukan apa-apa” jawab Pak Brahma.
Lalu Pak
Brahma menulis suatu rumus Matematika di papan, dan kelihatanya semua muridnya
bingung bukan kepalang, maklum mereka baru sekitar 1 bulan di SMA itu.
“Nah,
anak-anak apakah kalian tau maksudnya?” tanya Pak Brahma
“Tidak pak!”
serentak mereka menjawab
“Apakah kamu
tau Indra?” tanya Pak Brahma
Maklum-maklum
saja Pak Brahma hanya menanyakan hal tersebut kepada Indra, ya karena Indra
adalah anak Pak Brahma dan menjadi idola di kelasnya.
“Tidak pak!,
kebetulan saya belum belajar tentang itu” jawab Indra
“Hmm baiklah,
ini adalah rumus matematika, rumus ini adalah rumus yang akan digunakan pada
hari ini” Jelas Pak Brahma “Jadi kalian harus menulisnya dah
menghafalkanya!”tambah Pak Brahma.
“Baik, Pak!”
Jawab murid-murid hampir serentak
Lalu Siska
berbalik ke belakang ke arah Dicky.
“Ky, kamu ngerti
rumusnya enggak?”tanya Siska
“Aku? ya sedikit-sedikit”jawab
Dicky
“Kapan-kapan
ajarin aku yah Ky!” kata Siska
“Iya-iya
santai aja Sis”jawab Dicky tenang
Lalu mereka
semua menulis rumus yang belum terlalu dimengerti, lalu Pak Brahma mengajarkan
mereka dengan sabarnya. Hingga konsentrasi mereka terpecah ketika Siska
bertanya.
“Pak! Saya
belum terlalu mengerti rumus tersebut! Tolong diperjelas!” tanya Siska
mengagetkan Pak Brahma yang sedang konsentrasi mengajar mereka
“Sis, tolong
jangan potong ucapan saya, karena ini juga sedang di bahas dan dijelaskan! Jadi
dengarkan!” Jawab Pak Brahma dengan sabarnya.
“Sis, tenang
aja nanti aku jelasin” Saut Dicky memegang pundak Siska.
Siska hanya
mengangguk pelan setuju. Hingga bel istirahat berbunyi. Seperti biasa Siska dan
Dicky menuju kantin sekolah nya.
“Ky, boleh
aku nanya?” Tanya Siska yang sedang mengunyah roti selai.
“Ya boleh,
tapi habiskan dulu roti di mulutmu itu” Jawabnya.
“Hehe,
menurutmu membuat bahasa isyarat yang gampang gimana yah?!” Tanya Siska.
“Gampang
kog, pake aja sandi-sandi yang simple!” Jawab Dicky yang menelan roti coklat
yang digenggamnya.
“Pintar
kamu! Tapi apa ya?” Tanya Siska lagi.
“Sandi huruf
aja!” Jawabnya.
“Maksud
kamu, A dibaca Z, B dibaca Y, truz C dibaca X gituh?” Jawab Siska bingung.
“Nah, itu
kamu tau!” Jawab Dicky dengan muka senang.
“Ya ya, tapi
untuk kita aja ya” Tambah Siska yang sedang melihat jam tangan biru di tanganya.
“Yap! Eh ayo
cepat mau masuk nih!” Seru Dicky.
“Baru aja
mau bilang kayak gitu!” Gerutu Siska
Dengan
cepatnya mereka berdua berlari ke kelas mereka sambil membawa sisa makanan yang
tadi di beli. Sesampainya di tempat duduk, Siska menulis kode yang dibuat
mereka tadi. Siska menyodorkan kertas ke hadapan Dicky.
“Apa ini,
maksudmu kamu suruh aku yang buang gitu!?” Tanya Dicky
“Hish,
Bukan. Itu yang tadi kita bahas Ky” Jawab Siska
Kertas itu
bertulis:
A dibaca D, B dibaca E, C dibaca F, D dibaca A, E
dibaca B, F dibaca C, G dibaca J, H dibaca K, I dibaca L, J dibaca G, K dibaca
H, L dibaca I, G dibaca J......dan seterusnya dengan jarak yang sama
“Oh, begitu
ya? Baik kita jika surat-menyurat memakai kata sandi seperti ini, namanya sandi
rahasia ABCD, setuju?” Ucap Dicky.
“Iya, mulai
besok saja yah!” Kata Siska
“Iya, Ini
tanda kita bersahabat yang saling mengerti, dan yang lain tentu tidak mengerti,
itukah pikiranmu Sis?” Tanya Dicky.
“Yap, Dicky
Zulfikar Prabanda!” Ucap Siska.
“Haha, kau
benar Siska Ayuningrum Prabanda!” Balas Dicky.
Memanglah
nama belakang mereka sama, karena mereka bersaudara, yang sangat dekat!.